Perbedaan Sudut Pandang menjadi sebuah hal yang lumrah ada di sekitar kita. Hari ini saia luangkan waktu untuk mengunjungi beberapa blog coretan tangan beberapa teman, saia membaca, saia berusaha memahami segala coretan tangan baik postingan maupun komen yang masuk.
Pemosting tulisan yang dikomenin temen saia ntu juga mengkomentari jawaban-dari-postingannya ntu.. diskusi berawal dari sini…
Saia melihat setiap orang memiliki sudut pandangnya sendiri, setiap orang mempertahankan argumennya, memperkuatnya dengan analisanya.. Saia melihat ini bukan soal benar dan salah, saia lebih suka menyebutnya pertukaran analisa, pertukaran kemampuan dalam memandang sebuah masalah.. Saia ndak yakin juga seseorang akan mengaku kalah dalam perdebatan orang lain, yang ada adalah seseorang akan membenarkan (dalam hati) pendapat seseorang.. Beberapa orang akan lebih memilih untuk menerapkan dan mengakui pendapat orang lain (dan menyingkirkannya pemikirannya) dalam kesempatan yang akan datang..
Saia belajar bahwa jikalau (misalnya) saia sudah akan menang dalam menghadapi seseorang, maka tak sepantasnya saia “menghabisi”..
Dalam memahami perbedaan pendapat dan sudut pandang yang ada juga demikian, ketika kita berdebat (bertukar pikiran) dengan orang lain kadang kalanya doa yang kita lepaskan ke langit adalah, “semoga Tuhan menunjukkan kalau dia (lawan bicara kita) salah, dan dia harus diluruskan”.. Berapa banyak dari kita yang punya pikiran seperti itu???..
Saia pernah belajar bahwa doa yang seharusnya adalah, “semoga Tuhan membuka kebenaran lewat diskusi ini”..
“Menghabisi” orang sama halnya dengan meninggalkan luka, meninggalkan luka bagi sebagian orang bisa menjadi bibit dendam yang tersemai, ketika bibit itu tumbuh maka yang ada hanyalah menunggu waktu pergesekan berikutnya.. Ntah anda termasuk orang yang percaya itu atau tidak, tapi saia mempercayainya…
Oh ya, satu lagi yang saia ingin sedikit singgung dalam memaknai perbedaan pendapat dan sudut pandang.. Negara ini seperti sudah kehilangan roh Musyawarah Mufakat, tatacara pencapaian musyawarah mufakat seakan sudah hilang dan tidak pula dikuasai oleh saia.. Bahkan cara bagaimana mengambil keputusan secara musyawarah juga ndak tahu,. Yang ada hanyalah system tata cara voting (dengan alasan waktu mendesak dan bla bla bla…) untuk kemudian di aklamasikan atau kalau tidak ya melalui penunjukkan (otoritas ketua/pimpinan/apalah).. Sungguh saia sudah lupa Musyawarah Mufakat..
And terakhir saia mengucapkan terima kasih karena diculik sebagai salah satu kontributor di blog senior saia ini.. Terima Kasih…